Penerapan Konstruktivistik

Posted by Wahyudi On 04.24 0 komentar

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu cara yang ampuh untuk perbaikan pembelajaran. Seperti dalam penelitian ini, PTK diarahkan pada penerapan pendekatan konstruktivistik. Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik ini dimaksudkan untuk mengubah kebiasaan guru yang terbiasa mengajar terpusat pada guru menjadi pembelajaran yang terpusat pada siswa.


Wahyudi.Pur1., 2008, Penerapan Pendekatan Konstruktivistik untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Paragraf Eksposisi pada Kelas XII IPA SMAN 1 Karangjati Tahun 2008

Kata-kata kunci : Pendekatan Konstruktivistik, Kemampuan Menulis, Paragraf Eksposisi

ABSTRAK
Permasalahan pendidikan siswa selalu muncul seiring dengan perkembangan anak dan situasi serta kondisi lingkungan yang ada. Di samping itu masih banyak cara pendekatan konvensional dilaksanakan dalam pembelajaran di SMA. Pendekatan ini dianggap sudah tidak efektif serta menimbulkan kejenuhan di dalam kelas. Karena itu guru dituntut untuk selalu dan terus berupaya memperbaiki pengelolaan pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu cara yang ampuh untuk perbaikan pembelajaran. Seperti dalam penelitian ini, PTK diarahkan pada penerapan pendekatan konstruktivistik. Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik ini dimaksudkan untuk mengubah kebiasaan guru yang terbiasa mengajar terpusat pada guru menjadi pembelajaran yang terpusat pada siswa.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan ini adalah untuk membangkitkan siswa belajar menemukan sendiri, kerja sama dan mengomunikasikan hasil belajarnya, serta untuk meningkatkan keaktifan siswa. Dan hasil penelitian penerapan pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran terbukti dapat meningkatkan kemampuan dan prestasi siswa khususnya menulis paragraf, aktivitas, minat, dan kerja sama antarsiswa dalam pembelajaran semakin muncul.



PENDAHULUAN
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Kegiatan menulis ini tidak datang dengan sendirinya (otomatis), melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur. (Tarigan, 1982 : 3)
Dalam kehidupan modern ini, keterampilan menulis jelas sangat dibutuhkan. Tidaklah berlebihan jika keterampilan menulis ini menjadi salah satu empat keterampilan berbahasa yang ditekankan dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Kalau kita mengacu pada soal ujian nasional, soal yang berkaitan dengan menulis menempati 30 persen dari keseluruhan soal ujian nasional. Umumnya, soal menulis ini dituangkan dalam bentuk paragraf dan surat. Pertanyaan yang diajukan umumnya berkisar pada pikiran utama, pikiran penjelas, fakta dan opini, bentuk-bentuk paragraf berdasarkan letak pikiran utama, jenis paragraf berdasarkan pola pengembangannya, titik pandang, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan paragraf, kalimat pembuka dan penutup surat, isi surat, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan surat.
Mengacu hal-hal di atas, menulis perlu sekali mendapatkan penekanan yang lebih dari para guru bahasa Indonesia di samping keterampilan berbahasa yang lain. Alasannya antara lain ; banyak soal ujian nasional yang berkaitan dengan menulis, kemampuan menulis siswa khususnya siswa di SMAN 1 Karangjati kabupaten Ngawi cukup rendah.
Berdasarkan alasan yang kedua, yaitu kemampuan menulis siswa SMAN 1 Karangjati cukup rendah, bukan hanya simpulan tanpa alasan. Simpulan tersebut muncul berdasarkan alasan sebagai berikut; 1). masih banyak siswa yang kurang mampu menghubungkan kalimat yang satu dengan yang lain sehingga tercipta kesatuan dan keterpaduan antarkalimat dalam paragraf, 2) masih banyak siswa yang kurang mampu mengembangkan ide pokok menjadi sebuah paragraf , 3) kreativitas siswa dalam memvariasikan penggunaan kata yang digunakan untuk merangkaikan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain masih kurang, sehingga timbul kejenuhan bagi pembaca, 4) guru sangat kurang dalam melatih siswa menulis.
Hal-hal di atas perlu mendapatkan perhatian yang serius dari guru. Bila hal tersebut dibiarkan saja, akan berakibat siswa tidak mampu mengomunikasikan ide kepada orang lain. Salah satu ciri orang yang memiliki kemampuan berbahasa yang tinggi adalah orang yang mampu mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, memberitahukan , dan mempengaruhi. Maksud dan tujuan seperti itu akan dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan ini bergantung pada kemampuan seseorang menggunakan pikiran, organisasi pemakaian kata-kata dan struktur kalimat. (Morsey dalam Tarigan, 1982 : 4).
Untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis secara kritis dan kreatif, salah satunya guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Suasana yang kondusif ini akan tercipta, bila guru mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Kemungkinan siswa malas atau tidak mampu menulis itu disebabkan oleh guru kurang pandai memilih dan menggunakan metode sehingga siswa bosan mengikuti pembelajaran.
Di samping itu, guru perlu membangkitkan motivasi siswa untuk belajar mandiri dan mampu bekerja sama dengan siswa yang lain sehingga siswa dapat membangun pengetahuan yang dimilikinya. Pembelajaran mandiri memberikan kesempatan yang luar biasa kepada siswa untuk mempertajam kesadaran mereka akan lingkungan mereka. Pembelajaran mandiri juga memungkinkan siswa untuk membuat pilihan-pilihan positif tentang cara mereka akan mengatasi kegelisahan dan kekacauan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pola ini, memungkinkan siswa nertindak berdasarkan inisiatif mereka untuk membentuk lingkungan. (Johnson, 2007 : 179).
Untuk menciptakan kemandirian pada diri siswa, guru harus banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan atau mengalami sendiri belajarnya. Maksudnya, siswa mendapatkan kesempatan yang luas membangun sendiri belajarnya. Hal ini sesuai dengan prinsip konstruktivistik dalam contextual teaching and learning (CTL). Misal, dalam pembelajaran menulis, guru banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menulis. Dengan demikian siswa lebih banyak melakukan kegiatan menulis sehingga siswa akan menjadi lebih terampil menulis khususnya menulis paragraf eksposisi.
Keuntungan yang diperoleh bila siswa mampu menulis paragraf dengan baik antara lain : siswa mampu mengomunikasikan ide kepada orang lain dengan baik, siswa mampu melakukan tindakan dan mengambil keputusan secara mandiri secara baik yang berguna bagi dirinya dan orang lain, dalam tujuan khusus siswa mampu menjawab soal ujian nasional dengan benar, secara khusus guru dapat mengajak siswa untuk menciptakan tulisan yang kritis dan kreatif dengan mudah.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan penerapan pendekatan konstruktivistik, guru dapat mengajak siswa belajar sesuai dengan konteksnya. Bila siswa dihadapkan atau dihubungkan dengan konteksnya (lingkungan dan budaya), siswa akan semakin cepat untuk memahami materi pembelajaran. Kemudahan ini disebabkan oleh siswa sudah mengenal atau mengalami situasi dan kondisinya.
Pada sistem pembelajaran dengan penerapan pendekatan konstruktivistik, kemandirian siswa akan bangkit karena siswa dilibatkan belajar secara langsung dan mengalami sendiri seperti kemampuan bertanya, menemukan sesuatu. Hal ini akan dapat dibangkitkan melalui belajar dalam masyarakatnya (learning community) dan belajar lewat model (modeling).
Teori konstruktivistik menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya bila aturan-aturan tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Slavin dalam Trianto, 2007 : 13).
Prinsip konstruktivistik adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan merapkan ide-ide mereka. Guru berusaha menyadarkan siswa agar belajar menggunakan strategi mereka sendiri. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat tangga tersebut (Trianto, 2007 : 13).
Tingkah laku selalu didasarkan pada makna sebagai hasil persepsi terhadap kehidupan para pelakunya. Hal-hal yang dilakukan sesorang dan sebab-sebab seseorang itu melakukan berbagai hal selalu didasarkan pada batasan-batasan menurut pendapat sendiri, dan dipengaruhi oleh latar belakang kebiasaan dan budayanya yang khusus (Spradley dalam Sutopo, 2006 : 224).
Ada anggapan yang menyatakan bahwa belajar selalu dikaitkan dengan kenyataan yang ada dalam hubungan-hubungan yang melihat suatu kesatuan melebihi jumlah dari bagian-bagiannya. Dengan demikian dalam pembelajaran dan pengajaran perlu memperhatikan konteksnya. Pembelajaran dan pengajaran kontekstual ini merupakan sebuah sistem mengajar yang didasarkan pada pikiran bahwa makna muncul dari hubungan antara isi dan konteksnya. Konteks memberikan makna pada isi. Semakin banyak keterkaitan yang ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas, semakin bermaknalah isinya bagi mereka. Maksudnya, semakin mampu para siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran akademisnya dengan konteks ini, semakin banyak makna yang akan mereka dapatkan dari pelajaran-pelajaran tersebut, sehingga mereka mendapatkan penguasaan dan keterampilan yang bermakna. Dengan demikian tugas guru sebagian besar adalah menyediakan konteks bagi anak didiknya (Johnson, 2007 : 35).
Pembelajaran dan pengajaran berdasarkan konteksnya melibatkan para siswa belajar secara langsung dan mandiri serta mampu bekerja sama dengan yang lain. Maksudnya, siswa secara langsung mengalami sendiri proses belajar itu dan menemukan sesuatu secara mandiri maupun secara bekerja sama dengan siswa yang lain. Dengan bekerja sama, para siswa terbantu dalam menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah. Selain itu bekerja sama akan membantu mereka mengetahui bahwa saling mendengarkan akan menuntun pada keberhasilan (Johnson, 2007 : 73).


Categories:

0 Response for the "Penerapan Konstruktivistik"

Posting Komentar