Pemilihan dan pengembangan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran hakekatnya berpusat pada peserta didik (student centered), agar dapat melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Pembelajaran harus menekankan pada praktek, dengan pendayagunaan masyarakat dan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar



Menurut Gunter (1999) Think Pair Share adalah suatu teknik sederhana dengan keuntungan besar. TPS dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi. Seorang siswa belajar dari siswa lain dan saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. Bila dibandingkan dengan metode lama (ceramah) dimana guru mengungkapkan suatu pertanyaan dan seorang siswa memberikan jawaban, maka TPS ini lebih memberikan kesempatan kepada siswa dalam menanggapi permasalahan yang diajukan oleh guru.
Menurut Susilo (2005:3) metode Think Pair Share mempunyai beberapa keuntungan keuntungan di bawah ini:
1. Think Pair Share membantu menstrukturkan diskus. Siswa mengikuti proses yang telah tertentu sehingga membatasi kesempatan pikirannya melantur dan tingkah lakunya menyimpang karena mereka harus berfikir dan melaporkan hasil pemikirannya ke mitranya.
2. Think Pair Share meningkatkan partisipasi siswa dan meningkatkan banyaknya informasi yang dapat diingat siswa (Gunter, Ester, dan Schwab, 1999). Dengan Think Pair Share, siswa belajar dari satu sama lain dan berupaya bertukar ide dalam konteks yang tidak mendebarkan hati sebelum mengemukakan idenya kekelompok yang lebih besar. Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua siswa mempunyai kesempatan berpartisipasi di kelas karena sudah memikirkan jawaban atas pertanyaan guru, tidak seperti biasanya hanya siswa tertentu saja yang menjawab.
3. Think Pair Share meningkatkan lamanya ”time of task” dalam kelas dan kualitas kontribusi siswa dalam diskusi kelas.
4. Siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup sosial mereka. Dalam Think Pair Share mereka juga merasakan, a) saling ketergantungan positif karena mereka belajar dari satu sama lain, b) menjunjung akuntabilitas individu karena mau tidak mau mereka harus saling berbagi ide dan wakil kelompok harus berbagi pasangannya ke pasangan lain atau seluruh kelas, c) punya kesempatan yang sama untuk berpartisipsi karena seyogyanya tidak boleh ada siswa yang mencoba mendominasi, dan d) interaksi

Menurut Lyman, dkk, (dalam Nurhadi,dkk, 2004:67) metode Think Pair Share mempunyai tahap-tahap yang akan dijelaskan berikut ini:
1. Tahap 1-Berfikir (Thinking)
Guru mengajukan pertanyaan, masalah atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi kesempatan untuk berfikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut. Hendaknya pertanyaan tersebut berupa pertanyaan terbuka yang memungkinkan dapat dijawab dengan berbagai macam jawaban. Menurut Susilo (2005:4) pada tahap ini guru memberi tanda agar siswa mulai memikirkan pertanyaan atau masalah yang diberikan guru tadi dalam waktu yang tertentu. Lamanya waktu ditetapkan oleh guru berdasarkan pemahaman guru terhadap siswanya, sifat pertanyaannya, dan skedul pembelajaran. Gunter, dkk, (dalam Susilo 2005:4) menyarankan agar siswa menulis jawaban atau pemecahan masalah hasil pemikirannya.
2. Tahap 2-Berpasangan (Pairing)
Selanjutnya guru meminta kepada siswanya untuk berpasangan dengan teman sebangku atau yang lain untuk mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Menurut Susilo (2005:4) seringkali proses ini dapat diperpanjang satu langkah lebih lanjut yaitu dengan meminta pasangan siswa bergabung dengan pasangan lainnya sehingga membentuk kelompok baru yang terdiri dari empat orang lebih lanjut. Mereka menggabungkan ide mereka berempat sebelum membagikannya ke kelompok lain yang lebih besar. Tahap pasangan ganda ini juga mengalakkan terjadinya lebih banyak pembicaraan di antara siswa mengenai isu-isu yang dipermasalahkan dalam pertanyaan.
3. Tahap 3 –Berbagi (Sharing)
Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Menurut Susilo (2005:5) pada tahap ini siswa secara individual mewakili kelompok atau berdua/berempat mereka maju bersama untuk melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Kalau perlu, mereka dapat pula menyusun poster atau transparan unk menyajikan jawaban mereka, terutama kalau dalam bentuk gambar atau diagram. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

Terdapat empat langkah atau tahapan dengan lamanya waktu setiap tahapannya ditetapkan oleh guru. Prosedur Think Pair Share adalah sebagai tahapannya ditetapkan oleh guru. Prosedur Think Pair Share adalah adalah sebagai berikut Gunter, Estes dan Schwab (dalam Susilo, 2005):

Tahap 1 guru mengemukakan pertanyaan, proses TPS dimulai pada saat guru mengemukakan suatu pertanyaan yang menggalakkan berfikir ke seluruh kelas. Pertanyaan ini hendaknya berupa pertanyaan terbuka yang mungkin bisa dijawab dengan berbagai macam jawaban. Misalnya dalam Kewirausahaan mengenai faktor-faktor dalam menentukan keputusan dilemparkan kepada siswa untuk ditanggapi, maka akan muncul berbagai argumen dari siswa atas permasalahan seperti ini.

Tahap 2 siswa berfikir secara individu, guru memberi tanda agar siswa mulai memikirkan pertanyaan atau masalah yang diberikan guru tadi dalam waktu yang tertentu. Lamanya waktu ditetapkan oleh guru berdasarkan pemahaman guru terhadap siswanya, sifat pertanyaannya dan skedul pembelajaran. Menurut Jones (dalam Susilo,2005) waktu berfikir ini bahkan boleh tidak sampai satu menit karena hanya memikirkan jawaban atas pertanyaan. Tahad kedua ini merupakan prosedur yang secara otomatis menyediakan “waktu tunggu” di dalam percakapan dalam kelas.

Tahap 3 setiap siswa mendiskusikan jawabannya dengan seorang mitra. Sekali lagi guru memberi tanda agar mulai berpasangan dengan siswa lainnya untuk mendiskusikan dan mencapai kesepakatan atas jawaban terhadap pertanyaan tadi. Menurut Jones (dalam Susilo) mereka membandingkan hasil pemikiran ataupun jawaban yang mereka pikir paling baik, paling meyakinkan, atau paling unik. Seringkali proses ini dapat diperpanjang satu langkah lebih lanjut yaitu dengan meminta pasangan siswa bergabung dengan pasangan lainnya sehingga membentuk kelompok baru yang terdiri dari empat orang, lebih lanjut mereka menggabungkan ide mereka berempat sebelum membandingkannya ke kelompok lain yang lebih besar.

Tahap 4 siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas, pada tahap ini siswa secara individu mewakili kelompok atau berdua atau berempat, mereka maju bersama untuk melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada tahap terakhir Think Pair Share ini siswa seluruh kelas akan memperoleh keuntungan dalam bentuk mendengarkan berbagai ungkapan mengenai konsep yang sama dinyatakan dengan cara penyampaian jawaban yang unik untuk pertanyaan yang diajukan oleh guru. Lebih lanjut konsep-konsep yang digunakan dalam jawaban siswa menggunakan bahasa siswa yang tentu lebih komunikatif dibanding bahasa buku teks atau bahasa guru. Jadi kalau siswa dapat menggunakan hasil pemikiran bahwa tema, ada banyak cara belajar yang dapat ikut berpengaruh dalam membantu siswa memahami ide dibalik jawaban tersebut.

Laura (dalam Risnawati, 2005:22) mengemukakan beberapa keuntungan TPS adalah sebagai berikut:
a.TPS mudah diterapkan diberbagai jenjang pendidikan dan dalam setiap kesempatan.
b.Menyediakan waktu berfikir untuk meningkatkan kualitas respon siswa.
c.Siswa menjadi lebih aktif dalam berfikir mengenai konsep dalam mata pelajaran.
d.Siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi.
e.Siswa dapat belajar dari siswa yang lain.
f.Setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagai/menyampaikan idenya.

Aplikasi waktu dalam menggunakan pembelajaran model TPS adalah:
a.Dapat digunakan diawal pelajaran sebelum mempelajari suatu materi (mengetahui kemampuan awal siswa).
b.Selama guru memperagakan, bereksperimen, atau menjelaskan.
c.Setiap saat untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

Categories:

0 Response for the "Belajar Mengajar Dengan Metode Thinks Pair Share"

Posting Komentar